Skip to content

Komentar

January 20, 2011

Terlepas dari fungsi utamanya yang tentu bukan untuk hal yang negatif, tapi kadang fasilitas komentar yang ada pada sebuah web menjadi hal yang negatif. Negatif dalam artian gak enak untuk dibaca oleh yang membaca komentar tersebut.

Saya adalah pembaca setia salah satu web portal berita. Hampir tiap hari saya baca berita terupdate dari sana. Dan biasanya tiap berita mempunyai fasilitas komentar yang membolehkan pembacanya untuk berkomentar atas berita yang telah dibaca.

Kenapa menjadi negatif? Pembaca kadang menuliskan komentar dengan kata-kata yang gak sopan, gak pantas, bahkan cenderung menggunakan kata-kata kasar. Memang gak semua berita dikomentari seperti itu. Seingat saya ada kategori berita tertentu yang mengundang hasrat pembaca untuk berkomentar miring/negatif/kasar. Sebut saja berita sepakbola dalam negeri. Bagaimana reaksi pembaca yang membaca berita tentang Ketua Umum PSSI yang keukeuh gak mau mengundurkan diri.

Terakhir sang Ketua Umum mengklaim sukses timnas adalah berkat partai Golkar. Hampir semua isi komentar menjelek-jelekkan Nurdin Halid sang ketua umum, menyumpahi, mengumpat, bahkan dengan kata-kata kasar. Komentar-komentar cenderung kasar lain biasanya juga menyangkut gak mau kalahnya supporter A dengan supporter B. Saling adu komentar kasar.

Gak hanya berita sepakbola, berita lain contohnya adalah berita seputar selebriti tanah air. Misalnya ada berita tentang artis yang cari sensasi dengan mengumbar aurat-nya di internet. Rasanya seingat saya jauh lebih banyak yang mencemooh dibandingkan bersimpatik.

Kalo udah begini, kalo memang fasilitas komentar gak memberikan apa-apa, hanya mengumbar komentar dengan kata-kata yang gak pantas, bahkan cenderung kasar dan kotor, kenapa gak dimatikan saya fasilitas ini??

Menyinggung tentang mematikan fasilitas komentar ini, seingat dan setau saya ada blogger terkenal yang pernah melakukannya. Raditya Dika.

Seingat dan setau saya juga, dulu waktu komik kambingjantan yang pertama keluar, banyak komentar yang masuk lewat blognya. Ada yang suka, ada yang biasa aja, ada yang gak suka, dan ada yang gak suka sambil menjelekkan dan memojokkan. Entah memang gak suka dengan sosok penulisnya, atau gak suka dengan gambar dan cerita komiknya, si pengomentar rajin mengomentari dengan nada dan komentar yang pedas cenderung menjatuhkan.

Bertambah rame, karena para pembaca setia buku Raditya Dika membela penulis idolanya dan melawan si pengomentar tadi. Jadilah fasilitas komentar menjadi ajang “perang komentar pro-kontra” tentang komik pertama sang penulis.

Melihat ini, Raditya Dika akhirnya menutup fasilitas komentar di laman blognya. Salah satu alasannya mungkin gara-gara komentar-komentar itu. Yang ingin komentar tentang buku dan tulisan blognya bisa langsung lewat email, begitu katanya dulu, seingat saya. Sampai dengan sekarang blognya pun nyaman tanpa fasilitas komentar.

Saya pribadi masih nyaman dengan menggunakan fasilitas komentar yang ada di blog seperti yang ada sekarang. Mungkin suatu saat saya juga bisa melakukan sama seperti yang Raditya Dika lakukan karena hal yang sama, gara-gara komentar, dan dengan pertimbangan lainnya. Mungkin.

Selamat hari kamis jelang jumat, selamat malem jumat! 😀

– – – –

Punya pengalaman dengan fasilitas komentar di internet, atau blog sendiri?

4 Comments leave one →
  1. January 22, 2011 11:29 pm

    dan saya pun berkomentar di sini :mrgreen:

    emang musti berhati-hati kalau menulis koment *saya punya pengalaman gak enak soal ini, gegara salah bicara… berujung gak enak..

  2. January 24, 2011 9:07 pm

    sampai sekarang saya belum ngalami komeng yg gak enak___:)
    mgkin suatu hari nti kya nya ane bkal ngalami dehh..___:o 😀
    mdah2n kaga___aminn__

  3. February 1, 2011 1:06 pm

    bener banget mas, saya kadang2 jadi kasihan ama penulisnya,
    mbok ya kalo ga suka ga usah ngomen yg pedes,bilang ga suka aja sudah cukup koq.
    btw..apa kabar mas?? 😀

  4. February 12, 2011 4:38 pm

    aku kalo komentar baik baik kok 🙂

Leave a comment